Juni kepada Juli
Hari Ulang Tahun Dua puluh tiga saya dimulai dengan telepon ibu tengah malam. Mulanya, saya pikir, ibu akan memberi saya ucapan selamat ulang tahun dan berbaris-baris kalimat do'a. Saya sudah menyalakan tombol perekam panggilan. Berjaga-jaga jika saya ingin mendengarnya berkali-kali suatu hari nanti. Namun, suara ibu tiba-tiba bergetar, parau, sebab menahan sesuatu di tenggorokannya. Ia berusaha agar tak menangis sesenggukan. Ibu mengabarkan sebuah berita duka yang juga membuat saya menangis hebat hingga pagi; kematian salah satu sahabat terbaik ayah saya. Ibu pergi ke rumah duka malam itu juga. Menempuh perjalanan tujuh jam dengan kondisi fisik yang sedang tak baik, dan batin yang barangkali juga remuk kembali ketika ia mengantar almarhum ke pemakaman. Semua prosesi itu akan jadi dejavu bagi ibu. Memutar kembali memori menyedihkan November lalu. Ibu saya baru ingat hari ulang tahun saya 4 hari kemudian, tepat saat hari ulang tahunnya tiba. Adik saya tak memberi u...