Posts

Showing posts from 2016

Duka Cita Untuk Jemaat Gereja Oikumene

Image
Terlalu banyak kebencian yang tumbuh di televisi, di jejaring sosial, dan di kehidupan nyata.   Anak-anak yang tidak berdosa itu hanya bermain di teras gereja saat bom meledak dan melukai tubuh kecil mereka.  Mereka tidak sedang membenci, tidak sedang berseteru.  Mereka korban dari kebencian, kebuntuan akal dan nurani manusia yang disintingkan entah oleh apa.  Dukacita mendalam untuk meninggalnya Intan Olivia (2,5 tahun) setelah menderita luka bakar di sekujur tubuhya.  Damai di sisi Tuhan, Nak.    Semoga Tuhan juga mengangkat rasa sakit dari korban yang masih dirawat, anak- anak yang tidak tahu kenapa tubuh mereka tiba-tiba terbakar dan penuh luka. Untuk yang masih sulit menerima perbedaan, berhentilah merawat kebencian di hati kalian. Surga yang sedang ramai dikejar-kejar itu tak bisa ditebus dengan rasa benci, amarah, merusak, melukai, membunuh. Berhentilah meneror hidup kami! Jemaat Gereja Oikumene baru saja bergegas keluar setelah melakukan ibadah minggu pa

Mengurus Perubahan Kartu Keluarga (KK) #BirokrasiIndonesia

Halo, ini adalah postingan kedua saya tentang pengalaman berurusan dengan birokrasi di Indonesia. Postingan pertama dulu, sih,  soal mengurus paspor di kantor imigrasi  kelas I Surabaya, yang pelayanannya memuaskan! :D Nah, tapi itu kinerja birokrasi di pusat kota besar ya. Bagaimana kalau di kabupaten, hayo? :P Let me share my experience.  Kebetulan, awal bulan ini saya baru mengurus pembaharuan KK karena status ayah saya yang sudah meninggal dan tidak terhitung sebagai penduduk lagi. Pembaharuan ini perlu dilakukan karena saling terkait dengan administrasi lain, misalnya ibu saya harus mengganti status pernikahan di KTP nya menjadi cerai mati, ibu saya berganti status menjadi kepala keluarga, daftar tunjangan suami harus dihapus dari gaji ibu, dan lain-lain (semuanya perlu lampiran KK baru untuk mengurus). Selain nama ayah saya yang harus dihapus dari KK (😢), pendidikan dan pekerjaan yang mengalami perubahan status juga bisa diperbaharui. Misalnya, adik saya yang semula s

Living Without Privilege Makes You Stronger

You should never view your challenges as a disadvantage. Instead, it's important for you to understand that your experience facing and overcoming adversity is actually one of your biggest advantages And I know that because I've seen it myself. Not just as student working my way through school, but years later, before I came to the white house, and I worked as a dean at college. In that role, I encountered students who had every advantage. Their parent paid their full tuition, they lived in beautiful campus dorms, they had every material possessions a college kid could want; cars, computers, spending money. But when some of them got their first bad grade, they just fell apart. They lost it. Because they were ill-equipped to handle their first encounter disappointment or falling short. Life will put many obstacles in your path that are far worse than a bad grade. You'll have unreasonable bosses, and difficult clients and patients. You'll experience illness

Tentang Harapan

Image
"Kita tak meng-harap. Kita berharap. Tanpa optimisme. Tapi kita tahu bahwa dalam hidup, gelap tak pernah lengkap, terang tak pernah sepenuhnya membuat siang. Di dalam celah itulah agaknya harapan: sederhana, sementara, tapi akan selalu menyertai jika kita tak melepaskannya." Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7 Image from  https://weheartit.com/articles/335318774-pray-hope

Older and Wisher....#24YearsOld

Image
Bagian terbaik dari peralihan usia menuju dua puluh empat saya adalah ibu yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun meski sekedar lewat pesawat telepon. Juga adik yang mengirim pesan berisi do'a dan harapannya atas saya. Hal yang sempat hilang tahun lalu, disaat saya mulai menarik sebuah kesimpulan; saya tak perlu menganggap hari ulang tahun sebagai hal yang mesti dirayakan. Do'a-do'a dari keluarga dan teman adalah segalanya. Sederhana, namun menjadi pengingat yang menyenangkan untuk menjadi lebih baik, dalam hidup yang sementara. Hari ulang tahun saya adalah penghubung komunikasi. Yang jarang menyapa, mengirim do'a. Yang dirindukan, meyampaikan rindu. Yang disayangi, menyampaikan dukungan atas mimpi-mimpi. Older and wisher, sebuah harapan yang paling mengena tahun ini, dari Mbak Rahmah, teman YSEALI Indonesia. 04 Juni 2016, Pupi mengambil alih mikrofon saat acara pentas seni anak-anak komunitas, yang kami siapkan sejak pagi buta, hampir berakhi

Blessing in Disguise

Image
Ada banyak hal menyenangkan yang patut disyukuri karena itu diberikan dan dibiarkan terjadi pada hidup kita. Akhir-akhir ini, beberapa teman tiba-tiba mengontak saya secara berturut-turut. Sebenarnya, meski hidup dalam jarak, kami masih dihubungkan oleh postingan-postingan di media sosial. Melalui instagram, bbm, twitter, facebook, dan blog, sedikit kabar bisa tersampaikan walaupun tak menyapa langsung. "Apa kabar, Nita?", "Ta, lagi di mana? Kabarmu baik?", "YDLW apa kabar?", "Kamu sehat?" "Lagi sibuk apa?", dan sapaan-sapaan lain yang biasanya jarang sekali ada dalam keseharian. Seorang teman mengamati status bbm, yang sebenarnya dengan jahat dianggap sebagai 'hiburan' ketika semua sedang menyindir satu orang yang sama dalam rutinitas yang semakin rumit, di lokasi kerja, maupun di wilayah lainnya. "YDLW sering ngeluh soal ****** di status." Kata Adin. Iya, Adin. Sebenarnya, tak harus

Menjadi orang dewasa yang ramah anak; sebuah bakat yang ingin dimiliki sebelum menjadi ibu

Image
"Pendidikan sangat berpengaruh besar terhadap perempuan, karena ia adalah ibu, pendidik yang pertama-pertama" -R.A Kartini ‪ (Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901) Saya baru saja membuka beranda facebook dan menemukan Jurnal Perempuan tengah mengunggah status, mengutip sepotong gagasan R.A Kartini di atas. Buru-buru saya menuliskan apa yang membuat saya deng an penuh keyakinan, mengiyakan gagasan itu, di sini. Agar tak lupa, sebab akhir-akhir ini banyak sekali yang perlu saya ingat meski tak terlalu suka menyimpan mereka di kepala. Bulan Desember lalu (entah kenapa bulan terus berganti dengan cepat, ya?), saya mengirim sebuah video pendek tentang pendidikan bagi saya, untuk diputar bersama video yang lain, di kantor C ASEAN, di Bangkok. Di dalamnya, ada statement saya mengenai pentingnya pendidikan untuk menghapus pernikahan paksa bagi anak-anak perempuan di bawah umur. Sebuah realitas pahit yang perlu saya genggam terus, supaya di setiap k

Perjalanan Pulang

Hujan menderas sejak siang, Sabtu lusa kemarin, ketika aku memutuskan hendak pulang ke rumah. Mulanya, jika bisa bangun pagi, aku ingin membeli beberapa benih sayuran, buku, dan alat bertanam hidroponik di toko Trubus Surabaya. Bacaan-bacaan dalam buku itu agar bisa dipraktekkan langsung oleh ibu di rumah. Beliau beberapa kali meneleponku dan menceritakan keinginannya untuk bertanam, selain bunga.  Sayangnya, aku bangun kesiangan akibat 'diskusi terbatas' di sebuah kedai kopi hingga larut pada Jum'at malam. Seorang teman baik mengantarku pulang dan kami masih mengobrol banyak di dalam perjalanan. Suaminya yang mengemudi, terus menawarkan topik-topik baru untuk kami bahas. 30 menit kami habis untuk lanjutan percakapan yang lumayan berat. Mulai dari agama, kehidupan mereka saat di Australia, hingga keinginan mereka untuk punya usaha peternakan di desaku. Seperti setengah mabuk, aku terkekeh sambil membuka gembok pagar. Mereka baru memacu mobil ketika aku m

Merayakan Pesan dari Seorang Ibu yang Lain

Image
"Kita tidak bisa mengubah dunia, tapi kita bisa memaksimalkan segala kebaikan. Situasi dan kondisi di Indonesia memang bikin frustasi. Yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan itu semua (bukan mengalah) dan melakukan yang terbaik, yang kita mampu." Tengah malam kemarin, saya mengirim pesan panjang melalui Facebook ke akun Ibu Janty, seorang ibu yang lain, yang saya sayangi dan rindukan. Ia kini berada di Berlin setelah beberapa tahun sempat menjadi pendidik di Indonesia, menetap bersama suaminya di sana. Akhir tahun kemarin, kabar duka datang sebab calon bayi kecil di tubuh mungil Ibu Janty tidak bisa bertahan untuk terus berkembang. Ada kecemasan kala mendengarnya. Tapi juga perasaan lega sebab Ibu Janty adalah perempuan yang paling rasional, tegar, dan bisa menerima dengan baik hal-hal positif dari yang terburuk sekalipun. Ada sederet pesan panjang dengan kata-kata yang gamblang dan emosional yang terkirim di kotak pesannya. Tentang banyak hal; kepals

Sembilan.

Bulan kesembilan di Surabaya. Sebuah kota yang lambat laun mulai saya nikmati meski sesekali rindu ingin pulang, atau sekedar pergi ke tempat lain yang punya banyak lahan hutan, atau kebun, atau terutama: pantai. Pantai, yang airnya tidak bau anyir berbaur dengan busuknya sampah kota. Sampah celana dalam, sampah kondom, sampah rumah tangga, sampah bekas organ dalam ikan yang dibedah setiap harinya, dan segala kotoran yang dibuang kembali oleh mereka yang tinggal di sepanjang tepian laut. Pantai yang....bukan seperti Kenjeran, haha! Bulan kesembilan di Surabaya. Mengenali kota yang terdengar maju ini, dari sisi terburuknya. Menyusuri kehidupan pinggiran yang jauh dari hingar kemewahan gaya hidup kelas menengah atas, atau kelas menengah bawah yang berusaha hidup mewah meski dicekik tagihan kartu kredit sepanjang bulan. Mengenali banyak wajah bopeng yang berusaha dibedaki dengan pembangunan infrastruktur di berbagai sudut. Gadis-gadis pinggiran kota yang terpaksa menikah di bawah

Tentang seorang gadis yang ada di ujung lubang keluar sebuah labirin

Tadi sore, teman kerja saya, Nusro, yang lebih saya anggap sebagai seorang adik, mendatangi saya di ruangan. Ia duduk di kursi sebelah saya dan membuat cekungan manis di pipinya. Nusro tersenyum sebelum bercerita. "Mbak, aku mau cerita..." kata dia, sambil membenahi letak kacamatanya yang sebenarnya tak bergeser kemanapun. Ia baru hari itu memakai kacamata barunya di dalam kantor, canggung. "Iya, Neng Nus. Kenapa? Kamu mau nikah juga?" saya menggoda. Nusro tertawa menolak disebut ingin menikah. Tentu saja saya bangga. Dia sudah punya bayangan yang terang tentang bagaimana ia harus merajut hari-harinya untuk masa depan yang lebih baik. Setidaknya, ia tahu, menikah di usia belia bukanlah cita-cita yang bisa menyelamatkan hidupnya. Nusro adalah gadis kegemaran saya di kantor. Ia masuk sebagai staf kesekretariatan bulan Agustus lalu. Etos kerjanya sangat bagus. Ia cekatan, jujur, dan semua hal berantakan terkait administratif di kantor disulap menjadi sit