Posts

Showing posts from 2015

Ada banyak orang.

Ada banyak isi kepala asing yang dalam perjalanan hidup, semakin saya kenali satu demi satu. Ada banyak rupa, nurani, dan sisi gelap terang manusia yang saya temui. Ada banyak kepalsuan, dan arogansi yang berkeliaran. Ada banyak kepentingan dan ambisi pribadi yang menjejali ruang. Ada banyak yang haus penghargaan dan hidup menyedihkan dengan terus menerus mengintimidasi siapapun yang sedang bertumbuh sebab krisis pengakuan. Ada banyak orang berkepala seribu pengetahuan yang terus menerus mengibas kepala lain sebab tak ada yang boleh merasa pintar selain daripada lintingan membran otaknya sendiri. Ada banyak orang yang terus menerus memaksa ide-ide dan kehidupan untuk terus seragam dengan apa yang ada dalam benaknya. Ada banyak orang yang bicara seolah kehidupannya tulus untuk orang banyak, padahal jiwanya gelisah tentang mimpi-mimpi sendiri yang harus dibangun sedemikian sempurna. Ada banyak orang naif. Ada banyak manusia haus kesempurnaan. Tapi bukankah, kesempurnaan adalah

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Image
Hello, guys! 2 hari lagi, rangkaian kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan yang dilaksanakan sejak tanggal 25 November hingga 10 Desember akan berakhir. Selesainya rangkaian kampanye ini juga bertepatan pada hari peringatan Hak Asasi Manusia. Tapi, berakhirnya kampanye ini, bukan berarti kita justru berhenti melawan kekerasan terhadap perempuan, ya.. Semoga ini bisa jadi bekal kita untuk bersama-sama menghapus segala bentuk kekerasan berbasis gender. Hmm, sebelum berbagi sedikit cerita tentang perempuan yang saya dapati dari sekitar, saya akan sedikit mengulas, sebenarnya, untuk apa kampanye ini dibuat? Apa saja sih, yang terjadi sejak tanggal 25 November hingga 10 November, dan apa kaitannya dengan kekerasan terhadap perempuan? Nah, kalau soal sejarah... daripada panjang lebar bicara sejarah yang mestinya perlu dipelajari dulu sampai tuntas (dan saya masih belajar sepotong-sepotong soal ini :p), maka saya akan mengutip (dengan sedikit penyuntingan) in

Pembuatan Paspor selesai tepat waktu (3 hari kerja)

Setelah menikmati pahit manis pelayanan birokrasi dari berbagai sektor selama ini, baru kali ini rasanya bisa puas. Well done, kantor imigrasi Surabaya! :p Awalnya sempat pesimis karena berpikir akan molor dan ribet seperti pembuatan kebutuhan yang bersifat administratif lainnya. Dulu sewaktu mengurus e-KTP, saya juga harus ribet mulai dari jadwal dan antrian untuk foto yang berantakan, sampai masa pengambilan e-KTP yang sangat random dan tidak tepat waktu. Mengurus SKCK pun demikian...enggak bisa jadi dalam jangka waktu yang secara logis seharusnya bisa lebih cepat karena yang bersangkutan untuk mengeluarkan dan mengesahkan enggak melibatkan pihak ataaas banget yang sulit dijangkau dari kantor setempat. Mengurus surat kematian, surat waris, dan sebagainya pun demikian. Nah, saat membuat paspor di kantor imigrasi Surabaya saya cuma butuh waktu 3 hari dari tahap mengajukan permohonan hingga pengambilan paspor. Tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Tanggal 16 November

Novemberku!

Image
Hola! Sudah 18 November, saudara-saudara. Rasanya baru kemarin berganti bulan, tiba-tiba sudah mau gajian lagi (eh?) dan akhir bulan lagi. Jadi begini... Alasan kenapa postingan ini berjudul Novemberku yang berantakan tapi juga manis seperti saya, adalah disebabkan oleh berbagai hal yang sudah terjadi dengan begitu cepat dan tiba-tiba. Sampai saya lupa...kehidupan dua minggu kemarin ngapain aja, ya? Rasanya kayak, belum tidur, sudah mandi pagi dan kerja lagi. HAHAHAHA. Baiklah saya akan me-review kehidupan November saya, di blog saya sendiri, secara suka-suka. Tidak boleh marah ~ Well, dari berita baik dulu, deh.. Mau pamer sedikit, buku non-fiksi pertama saya sudah terbit!  Sebagai staf media campaign , buku ini adalah salah satu media publikasi yang menjadi tanggungjawab saya, untuk menyebarkan informasi dan muatan yang bisa mendukung tercapainya visi   program. Buku ini ditulis bersama dua teman baik lainnya, yaitu Mbak Ripi selaku manager program , dan teman hi

Membaca Malna di bulan November

Image
Motor odong-odong teman kantor saya, Pupi, membawa saya bertemu puisi Malna lagi. Sepulang dari bercengkrama seharian penuh di kantor ALIT dan puas minum kopi luwak asli yang disuguhkan oleh Mak (panggilan salah satu keluarga ALIT, seorang laki-laki tulen berbadan tegap, berwajah tegas, dan bersuara besar), saya dan Pupi punya energi berlebih untuk tidak langsung pulang ke rumah kemarin malam. Saya cukup gembira, sebab, selain mendapat jatah libur terselubung, saya juga kenyang dengan asupan gizi dari orang-orang cerdas, inspiratif, telah berbuat banyak hal yang tak sekedar diada-adakan agar ada, dan punya prinsip yang kuat untuk tidak menjadi orang-orang oportunis yang melakukan segala hal hanya untuk memuaskan dahaganya sendiri. Apalagi, memanfaatkan kesulitan hidup orang lain untuk mencapai ambisi naifnya. Kegembiraan itu patut dirayakan. Tapi mengelilingi jalanan seputar Achmad Jais, dibonceng Pupi dengan motor bututnya yang tak lebih nyaman dari naik odong-odong, tent

Perempuan dan Kekerasan Domestik

Image
(I) Ada lebam hitam di mata kirinya. Matanya yang sipit, sebagaimana keturunan Tionghoa pada umumnya, membengkak besar dan membuatnya kesulitan melepas pandangan. Kulit di kepalanya memerah. Bekas ditarik paksa berulang kali dengan tenaga yang jika dibayangkan rasa sakit yang ditimbulkan, mungkin membuat kepalamu mendadak berat. Sekujur tubuhnya dipoles luka-luka yang terbuka. Ia punya seorang putri berusia 19 tahun. Salah satu alasan, mengapa ia mempertahankan hubungan yang kelam, hingga ia menerima perlakuan seburuk itu. (II) Ia seorang katolik yang menikah dengan seorang katolik. Keduanya sama-sama bekerja sebagai dokter, yang pada dasarnya, mereka bekerja untuk menyembuhkan, menyelamatkan nyawa; untuk tugas kemanusiaan. Sayangnya, dokter tetaplah manusia dengan segala sifat yang dibawanya. Suaminya memiliki kelainan seksual. Ia selalu dihajar hingga lebam, luka, hingga tampak kesakitan, setiap kali melakukan hubungan seksual. Ia sudah mencoba memberi tahu orang-orang ter

Juni kepada Juli

Hari Ulang Tahun Dua puluh tiga saya dimulai dengan telepon ibu tengah malam. Mulanya, saya pikir, ibu akan memberi saya ucapan selamat ulang tahun dan berbaris-baris kalimat do'a. Saya sudah menyalakan tombol perekam panggilan. Berjaga-jaga jika saya ingin mendengarnya berkali-kali suatu hari nanti. Namun, suara ibu tiba-tiba bergetar, parau, sebab menahan sesuatu di tenggorokannya. Ia berusaha agar tak menangis sesenggukan. Ibu mengabarkan sebuah berita duka yang juga membuat saya menangis hebat hingga pagi; kematian salah satu sahabat terbaik ayah saya. Ibu pergi ke rumah duka malam itu juga. Menempuh perjalanan tujuh jam dengan kondisi fisik yang sedang tak baik, dan batin yang barangkali juga remuk kembali ketika ia mengantar almarhum ke pemakaman. Semua prosesi itu akan jadi dejavu bagi ibu. Memutar kembali memori menyedihkan November lalu. Ibu saya baru ingat hari ulang tahun saya 4 hari kemudian, tepat saat hari ulang tahunnya tiba. Adik saya tak memberi u

#Quote 6

“When someone you love dies, you are given the gift of "second chances".   Their eulogy is a reminder that the living can turn their lives around at any point.  You’re not bound by the past; that is who you used to be.  You’re reminded that your feelings are not who you are, but how you felt at that moment.  Your bad choices defined you yesterday, but they are not who you are today.  Your future doesn’t have to travel the same path with the same people.  You can start over.  You don’t have to apologize to people that won’t listen.  You don’t have to justify your feelings or actions, during a difficult time in your life.  You don’t have to put up with people that are insecure and want you to fail.  All you have to do is walk forward with a positive outlook, and trust that God has a plan that is greater than the sorrow you left behind.  The people of quality that were meant to be in your life won’t need you to explain the beauty of your heart.  They alr

Tentang Mei Tahun Ini.

"Tapi aku bahagia, karena aku punya kesempatan dan kemungkinan untuk hidup dalam jalanku dan tidak sibuk memenuhi standard kemapanan yang ditentukan entah oleh siapa."  - JJ, bukan JJ Rizal Sejarawan. Nasehat tersebut telah melekat di ingatan ketika Ibu Janty berbagi pandangannya soal hidup kepada saya, bulan Februari lalu. Saat itu, saya masih ragu pada diri saya sendiri. Benarkah saya sungguh ingin membagi hidup saya, kepada orang lain? Apakah saya melakukannya karena memilih, atau justru karena ketiadaan ragam pilihan?  Apakah saya benar-benar menginginkan pekerjaan apapun asalkan dengan gaji besar? Atau, apakah saya benar-benar sanggup bekerja suka rela, bekerja suka-suka dan rela dengan apapun yang didapat dari sana? Bulan kemarin, saya mendapat beberapa pilihan yang menjawab pertanyaan tersebut meski sebenarnya tak benar-benar terjawab sepenuhnya. Sebuah bank dengan reputasi yang baik, mengundang saya menandatangani kontrak kerja dengan

Long Distance Friendship

Image
*Postingan ini adalah curhat suka-suka karena lagi melankolis-dramatis- dan-kebetulan nggangur pas nggak bisa tidur. Hmm, soal pertemanan lagi. Vifi muncul lagi di blog saya haha. Sudah hampir setahun saya dan Vifi berteman jarak jauh. Sebegitu galaunya meski cuma sebatas beda provinsi. Beberapa waktu lalu, saya sempat menulis soal liburan kami ke Malang sewaktu dia pulang. Minggu kemarin, dia pulang lagi dan kami tak bertemu. Entahlah, saya mendadak patah hati cuma gara-gara waktu singkat dia sama sekali tak tersisa buat saya. Saya tau sih, dia juga butuh quality time sama temen-temen dia yang lain. Tapi kan... :( Yes, nothing changes sebenarnya. Tapi akhir-akhir ini kami bener-bener jarang banget ngobrol. Biasanya ngobrol dari yang nggak penting sampai yang serius banget. Ini say Hi aja hampir nggak pernah :( Iya Vifi pasti sibuk. Belajar buat UTS, ngerjain tugas, ngegaul sama temen, dan ngurusin kesibukan barunya. Tapi kan... Kangen. Jadinya saya curhat ke Sella