Posts

Showing posts from 2014

Desember

Edo, seorang teman baik di Kota Malang, adalah laki-laki pertama yang menyicipi kue buatan saya. Sebenarnya, lebih tepat jika saya mengatakan kue, pie apel dan kue jahe itu, dibikin bersama tiga teman lain. Saya, pada kenyataannya, hanya bertugas memotong apel, menipiskan adonan, memasukkannya ke oven, dan mengeluarkannya dari oven. Hahaha. Tapi tentu saja saya juga ingin tampak keren di mata banyak orang. Saya ingin mencitrakan diri, bahwa kebisaan saya bukan hanya sebatas memasak indomie dengan penanak nasi elektrik saat akhir bulan tiba. Apel pie itu adalah hadiah natal untuk Edo sekaligus ulang tahun ke dua puluh empatnya yang tak pernah kami rayakan. Beberapa hari lalu ia bercerita kepada saya, ia rindu bapaknya. Sudah lima tahun ia tak pernah mengunjungi makam beliau, di Kupang. Dia bilang, dia benci Desember. Desember mengingatkan Edo pada sebuah kejadian yang melukai ingatannya. Bapaknya seorang anggota TNI yang bertugas di Kupang. Tentu saja Edo jarang bertemu d

Sebab instagram hanya memberi lima belas detik.

Mom's day.. #flipagram ♫ Music: Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan - Payung Teduh made with @flipagram . http://flipagram.com/f/NhR01mtC2x  Selamat hari ibu! Siapa bilang kami cuma sayang sama ibu setiap hari ibu saja? Kami saling menelepon sekian kali sehari. Kami saling tanya kabar. Kami saling mencemaskan satu sama lain. Kami saling rindu dan ingin berbagi apapun. Kami sama-sama takut akan sebuah peristiwa kepergian. Ya, kami sayang ibu. Sekalipun kerapkali berseteru atas hal-hal sepele. Sebab kami lahir dari rahim perempuan kuat, tegar, mandiri, sekaligus keras kepala. Maka kami juga besar sebagai anak-anak yang keras kepala. Seisi rumah seperti batu. Jika saling lempar, akan lekas berbenturan. Tapi sebagaimana belahan jiwa, seramai apapun kami mencoba memenangi permasalahan, kami akan kembali pada suatu pagi di mana kami berbagi sarapan, berbagi susu, dan mencium tangan saat hendak pergi. Kembali pada suatu siang di mana kami saling menelepon di teng

Berburu Gipil, Menyuling Daun Cengkeh

Image
Sumber Foto: Dokumen Swaratani.com-Didit Di bawah pepohonan cengkeh, Wahyuti (54) tengah sibuk dengan ayakannya. Butir-butir rontokan cengkeh kering ia pisahkan dengan remah-remah tanah. Gipil , sebutan untuk cengkeh-cengkeh yang luput dipungut para buruh panen, dikumpulkannya kemudian disetor ke pabrik milik perkebunan cengkeh Branggah. Sekilo gipil biasanya dihargai pabrik Rp 7.000. “ Kalau segini ya, dapatnya 800 ribu per bulan,” ujarnya. Jika panen raya belum lama usai , Wahyuti bisa mengumpulkan 10 kg gipil dalam se hari. Tapi jika sudah lewat tiga bulan sejak masa panen, memperoleh 3 sampai 4 kg gipil sudah untung . Wahyuti tidak sendiri. Ada puluhan perempuan yang tinggal di sekitar perkebunan cengkeh Branggah, Desa Sidorejo, Kecamatan Doko, Blitar , bekerja seperti dirinya . Setiap jam 05.00 pagi mereka dijemput mobil bak terbuka milik pabrik dan sesampainya di perkebunan harus men yusuri lahan s ambil menggendong bakul-bakul wadah gipil . Jam

Bahagia itu tidak semu. Ketidakbahagiaan itu yang semu.

Image
Karena belum sempat membaca buku hingga tuntas, saya akan mengisi blog ini dengan beberapa moment yang sempat terlewatkan untuk diposting. Memang tidak penting, tapi sepertinya saya juga perlu membantu meringankan kerja ingatan. Tidak terasa, sudah  hampir dua bulan saya kembali menetap di Malang. Sungguh, rasanya seperti mimpi berada di kota ini lagi. Entah perasaan saya bagaimana, sulit mendefinisikannya. Saat ini, saya menempati sebuah rumah kos di daerah yang belum pernah saya tinggali. Jalan Bunga Andong, daerah belakang apartemen Soekarno Hatta yang dulu sekali saya selalu tak suka pergi ke sini. Ibu Janty, mantan dosen kesayangan saya pernah kos tepat di samping kos baru saya. Dulu, saya selalu cemas saat mengantarnya malam-malam sepulang minum kopi. Jalan menuju ke sana, melewati beberapa lahan kosong yang agak ngeri di malam hari. Tapi itu tahun lalu. Sekarang, hanya ada 1 lahan kosong. Sisanya, sudah mulai ditumbuhi bangunan. Malam-malam tidak lagi ngeri sebab sepi.

I'm not looking for money

Image
I'm not looking for money. I'm looking for something that makes me happy. It isn't money. It is a freedom. It is a peaceful way. It is something that makes me learn about life. I mean, a beautiful life. Could you give me a time to do my happiness project? Could you stop to ask me "how about the money?" Seriously, I don't care too much for money. I'm not living for it.

Sebuah petuah untuk memulai sesuatu dengan cara yang benar

Image
“Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. -Steve Jobs- Setelah menuruti sebuah petuah untuk membiarkan segala sesuatu mengalir seperti air, saya yang sekian lama mengapung di tengah ketidakpastian arus, akhirnya tiba pada tepian yang sejuk dan menggembirakan. Sejauh kelulusan saya pada Februari lalu, saya tak pernah mengirim lamaran pekerjaan kecuali ke media Tempo. Saya tak pernah berupaya mengirimkan lamaran kemanapun lagi setelah itu. Sekalipun saya juga tak kunjung mendapat panggilan dari media yang di masa kuliah selalu saya puja-puja itu. Kemudian, lima bulan setelah menganggur dan memutuskan untuk belajar bahasa asing, tiba-tiba saja saya terdampar di Malang Times. Sebuah media online mainstream pertama di Malang. Selama bekerja disana, saya sempat mencuri kesempatan untuk mengikuti seleksi Transmedia. Denga