Desember
Edo, seorang teman baik di Kota Malang, adalah laki-laki pertama yang menyicipi kue buatan saya. Sebenarnya, lebih tepat jika saya mengatakan kue, pie apel dan kue jahe itu, dibikin bersama tiga teman lain. Saya, pada kenyataannya, hanya bertugas memotong apel, menipiskan adonan, memasukkannya ke oven, dan mengeluarkannya dari oven. Hahaha. Tapi tentu saja saya juga ingin tampak keren di mata banyak orang. Saya ingin mencitrakan diri, bahwa kebisaan saya bukan hanya sebatas memasak indomie dengan penanak nasi elektrik saat akhir bulan tiba. Apel pie itu adalah hadiah natal untuk Edo sekaligus ulang tahun ke dua puluh empatnya yang tak pernah kami rayakan. Beberapa hari lalu ia bercerita kepada saya, ia rindu bapaknya. Sudah lima tahun ia tak pernah mengunjungi makam beliau, di Kupang. Dia bilang, dia benci Desember. Desember mengingatkan Edo pada sebuah kejadian yang melukai ingatannya. Bapaknya seorang anggota TNI yang bertugas di Kupang. Tentu saja Edo jarang bertemu d...