Sebab instagram hanya memberi lima belas detik.
Mom's day.. #flipagram ♫ Music: Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan - Payung Teduh made with @flipagram . http://flipagram.com/f/NhR01mtC2x
Selamat hari ibu!
Siapa bilang kami cuma sayang sama ibu setiap hari ibu saja?
Siapa bilang kami cuma sayang sama ibu setiap hari ibu saja?
Kami saling menelepon sekian kali sehari. Kami saling tanya kabar. Kami saling mencemaskan satu sama lain. Kami saling rindu dan ingin berbagi apapun. Kami sama-sama takut akan sebuah peristiwa kepergian.
Ya, kami sayang ibu. Sekalipun kerapkali berseteru atas hal-hal sepele.
Sebab kami lahir dari rahim perempuan kuat, tegar, mandiri, sekaligus keras kepala.
Maka kami juga besar sebagai anak-anak yang keras kepala.
Seisi rumah seperti batu. Jika saling lempar, akan lekas berbenturan.
Sebab kami lahir dari rahim perempuan kuat, tegar, mandiri, sekaligus keras kepala.
Maka kami juga besar sebagai anak-anak yang keras kepala.
Seisi rumah seperti batu. Jika saling lempar, akan lekas berbenturan.
Tapi sebagaimana belahan jiwa, seramai apapun kami mencoba memenangi permasalahan, kami akan kembali pada suatu pagi di mana kami berbagi sarapan, berbagi susu, dan mencium tangan saat hendak pergi.
Kembali pada suatu siang di mana kami saling menelepon di tengah kesibukan yang terkadang tak penting-penting amat. Entah sepuluh detik, semenit, dua menit.
Dan pada suatu malam di mana kami tidur dalam satu ranjang yang sama, saat kamar-kamar lain dibiarkan kosong.
Dan pada suatu malam di mana kami tidur dalam satu ranjang yang sama, saat kamar-kamar lain dibiarkan kosong.
Akhir-akhir ini ibu sangat kusut karena tengah berduka. Tubuhnya semakin lesu dan kehilangan daya. Sakitnya sering kambuh. Sakit yang bertahun-tahun lalu mulai menjangkitinya karena ulah saya.
Kurang ajarnya, saya juga tak bisa terus merawatnya di rumah sepanjang waktu.
Sebab saya memutuskan untuk belajar di sebuah kota lain, tiga jam dari rumah.
Sebab saya memutuskan untuk belajar di sebuah kota lain, tiga jam dari rumah.
Pulang-pergi-pulang-pergi-pulang-pergi, adalah rutinitas yang lebih kerap saya lakukan sejak kepergian bapak.
Pada akhirnya saya memilih ibu. Tapi di waktu yang lain, mau tidak mau saya juga pergi lagi. Menuntaskannya rasa lapar yang cuma bisa dikenyangkan dengan makanan-makanan yang saya mau.
Tapi, ya, begitulah. Tak jauh beda dari tahun-tahun sebelumnya.
Kami masih merayakan hari ibu dengan sederet do'a dan sekotak kado hal-hal yang sedang ibu inginkan.
Hari ibu.
Kami ingin memperingati hari istimewa perempuan hebat yang kami sebut ibu sejak pertama kali kami bisa bicara.
Salam sayang,
Anak-anak yang belum juga jadi begitu penurut.
Anak-anak yang belum juga jadi begitu penurut.
Ditulis untuk tanggal 22 Desember.
Comments
Post a Comment