Desember
Edo, seorang teman baik di Kota Malang, adalah laki-laki pertama yang menyicipi kue buatan saya. Sebenarnya, lebih tepat jika saya mengatakan kue, pie apel dan kue jahe itu, dibikin bersama tiga teman lain. Saya, pada kenyataannya, hanya bertugas memotong apel, menipiskan adonan, memasukkannya ke oven, dan mengeluarkannya dari oven. Hahaha. Tapi tentu saja saya juga ingin tampak keren di mata banyak orang. Saya ingin mencitrakan diri, bahwa kebisaan saya bukan hanya sebatas memasak indomie dengan penanak nasi elektrik saat akhir bulan tiba.
Apel pie itu adalah hadiah natal untuk Edo sekaligus ulang tahun ke dua puluh empatnya yang tak pernah kami rayakan.
Beberapa hari lalu ia bercerita kepada saya, ia rindu bapaknya. Sudah lima tahun ia tak pernah mengunjungi makam beliau, di Kupang. Dia bilang, dia benci Desember.
Desember mengingatkan Edo pada sebuah kejadian yang melukai ingatannya.
Bapaknya seorang anggota TNI yang bertugas di Kupang. Tentu saja Edo jarang bertemu dengannya sebab beliau jarang sekali pulang. Setiap pulang, Edo kecil merasa asing dengan bapaknya sendiri. Ia tak mau dipeluk, juga tak mau dicium. Suatu hari, bapaknya pulang khusus untuk ulang tahun Edo, sekaligus merayakan natal di rumah. Hal yang mungkin jarang mereka lakukan.
Tapi, belum sempat Edo menyadari betapa cintanya ia pada bapaknya, sebuah kecelakaan merenggut nyawa dan merubah cerita.
Saya jadi ingat pada bapak. Saya tahu betapa sakit rasa rindu yang tak bisa diungkapkan dan dilepaskan itu. Menyimpan rindu untuk bapak yang sudah meninggalkan segala hal di dunia, untuk selama-lamanya. Menerima kenyataan bahwa ada hal yang benar-benar tak pernah kita inginkan, tiba-tiba terjadi lebih cepat dari yang kita takutkan. Dan saat kita berharap itu cuma mimpi, ia malah jadi sebuah peristiwa yang merubah banyak hal dari hidup nyata kita. Berlarut dalam ingatan duka.
Tapi peristiwa-peristiwa itu sudah berlalu. Yang pergi, kami kenang sepenuh hati. Air mata kami lebih cepat mengering, meski sekali waktu ia tiba-tiba menggenang lagi. Kami akan berbuat sebaik mungkin untuk membalas jasa-jasa yang telah dikorbankan untuk hidup kami.
Bapak saya dan bapak Edo, sama-sama mengalami sebuah kematian yang terjadi saat tengah melakukan sesuatu untuk kami. Bapak Edo berada pada sebuah perjalanan di dalam bis yang beliau lakukan untuk Edo. Bapak saya sedang bekerja di tempat ia mengabdikan diri puluhan tahun untuk menghidupi kami dengan sangat baik. Memberikan pendidikan yang sangat layak, dan kehidupan yang tak pernah sulit. Bapak saya, bekerja keras agar kami mendapat apa yang kami butuhkan.
Mereka, yang gagah dan jarang minta tolong pada kami, tak pernah mau merepotkan, mencintai kami dalam ketegasan-ketegasan, menyayangi kami dengan kelembutan yang mereka sembunyikan di balik bahasa tubuh yang kaku.
Akhir tahun, dan bulan-bulan yang kerapkali membuat saya demam karena hujan-hujan di jalan ini, memberi saya pelajaran berharga yang tak kan pernah saya lupakan.
Pada hari pemakaman bapak saya, banyak teman beliau datang dari kota-kota yang jauh. Mereka tiba-tiba ada pagi-pagi sekali, mengantar kami dan berdiri mengelilingi pusara untuk mengucap do'a-do'a. Mereka bilang, bapak saya orang yang sangat baik. Bapak saya, teman sejati bagi mereka. Dan kenangan-kenangan yang ditinggalkan bapak untuk mereka adalah kenangan yang membuat mereka akan mendoakan bapak dengan sukarela.
Supervisor bapak, bilang bahwa bapak saya adalah pekerja keras. Kinerjanya tak pernah buruk. Ia cinta pekerjaannya, dan ia lebih memilih untuk mengurangi jam-jam istirahat bila pekerjaan-pekerjaan itu kurang sempurna di matanya.
Kelurga, tetangga, orang-orang yang bahkan kami belum mengenalnya, datang karena mencintai bapak saya.
Saya yang tak cukup akrab dengan bapak, justru mulai mengenal bapak setelah kematiannya. Dan saya tahu apa yang harus saya lakukan setelahnya. Meneruskan kebaikan-kebaikan itu.
Bapak Edo juga pasti demikian. Tak ada bapak yang buruk, yang melahirkan anak-anak sebaik kami.
Desember, 30. Sehari menjelang pergantian tahun.
Anak-anak kehilangan dan peristiwa yang tak bisa dibuang dari ingatan.
Comments
Post a Comment