Sembilan.
Bulan kesembilan di Surabaya. Sebuah kota yang lambat laun mulai saya nikmati meski sesekali rindu ingin pulang, atau sekedar pergi ke tempat lain yang punya banyak lahan hutan, atau kebun, atau terutama: pantai. Pantai, yang airnya tidak bau anyir berbaur dengan busuknya sampah kota. Sampah celana dalam, sampah kondom, sampah rumah tangga, sampah bekas organ dalam ikan yang dibedah setiap harinya, dan segala kotoran yang dibuang kembali oleh mereka yang tinggal di sepanjang tepian laut. Pantai yang....bukan seperti Kenjeran, haha! Bulan kesembilan di Surabaya. Mengenali kota yang terdengar maju ini, dari sisi terburuknya. Menyusuri kehidupan pinggiran yang jauh dari hingar kemewahan gaya hidup kelas menengah atas, atau kelas menengah bawah yang berusaha hidup mewah meski dicekik tagihan kartu kredit sepanjang bulan. Mengenali banyak wajah bopeng yang berusaha dibedaki dengan pembangunan infrastruktur di berbagai sudut. Gadis-gadis pinggiran kota yang terpaksa menikah di bawah ...