Kasembon Rafting

Wohooo, Nita sedang liburan?! NOOOOO. Tak ada budget untuk liburan bulan-bulan ini.
Jadi kapan raftingnya? Hehe, ini sudah september tahun lalu kok :p Iseng-iseng buka folder foto-foto liburan, kangen.

Yep, Kasembon adalah sebuah kecamatan di wilayah paling barat Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kediri. Letak kasembon lebih dekat ke pusat kota Kediri ketimbang ke pusat Kota Malang. Repotnya, warga Kasembon harus menempuh sekitar 2 jam lebih ke Kota Malang setiap kali ingin mengurus hal-hal terkait adminstrasi seperti KTP, SIM, STNK, dll! Sementara untuk ke Kediri hanya butuh waktu sekitar 1 jam. :))

Oh ya, setiap kali saya pulang dari Malang ke Kediri, sepanjang jalan Pujon - Ngantang - Kasembon adalah trayek favorit saya. Kota Batu terlihat sangat indah, rumah-rumah penduduk yang terlihat dari tebing di sepanjang Pujon, bila malam hari, pemandangannya seperti di bukit bintang. Gagahnya gunung-gunung terasa begitu dekat, di sisi kiri berdiri kokoh Panderman dan Kelud, dan di sisi kanan saya kurang tau nama gunungnya, mungkin Welirang dan Arjuno? :D Rimbunnya pepohonan di hutan memanjakan mata saya sepanjang perjalanan. Memasuki Ngantang, view paling cantik adalah bendungan Selorejo yang terlihat dari tepi jalan di sekitar pom bensin Ngantang. Saat sore hari, senja di sini cantik sekali. Dari sini menuju Kasembon, sungai-sungai di sepanjang jalan dan daerah persawahannya sungguh menyegarkan perjalanan! :D Sayangnya, saya tak pernah memiliki kesempatan untuk mengabadikan  eindahan trayek ini untuk di share sebab saya harus menyetir motor. Heheh!

Back to the topic, hari itu adalah pengalaman rafting pertama saya. Saya berangkat hari Minggu, tanggal 15 September 2013 sekitar pukul 13.00. Tidak direncanakan, hanya iseng mengiyakan ajakan Mbak Ika, teman kos saya, saat itu juga. Sebenarnya itu adalah liburan gengnya yang rutin diadakan setiap bulan, saya nimbrung karena Mbak Ika ingin ditemani sebab adik perempuannya mendadak tidak bisa ikut. Terlebih, Mbak Ika bilang ini gratis! Yep, itu adalah bagian terpenting dari tawar menawar ini sehingga saya segera bergegas menyiapkan baju ganti dan membereskan diri selama 10 menit. :p

Pukul 13.30 kami masih terjebak di Kota Batu karena jalanan macet. Ada karnaval warga! Kami memutar arah melewati jalan tembusan yang entah kemana rimbanya saya tak tau. Saat itu saya dibonceng Mas Vitor, teman satu geng Mbak Ika. Berhasil melewati kemacetan di Batu, kami bertemu kemacetan sepanjang gerbong kereta api di daerah Ngantang karena alasan yang sama: karnaval warga. Oh men, saya tidak paham kenapa semua harus karnaval di hari itu. Sempat ingin kembali pulang karena hari sudah semakin sore, sementara Mba Ika and The Gengs sudah janjian dengan guide untuk sampai di lokasi pukul 15.00. Akhirnya kami memutuskan untuk menerobos gang-gang kecil di rumah warga, mencari jalan tembusan, melewati ladang jagung dan persawahan yang tak punya rute motor sehingga kami harus berjalan di pematang. Mas Vitor berhati-hati menyeimbangkan motornya di atas pematang sawah yang sempit. Ini pengalaman menyenangkan :p

Kami sampai di Kasembon pukul 14.30 lebih sedikit. Kami berbelok di jalan sebelah kantor polsek Kasembon. Yap, Desa Bayem. Teduh sekali tempatnya! View sawah, gunung, sungai, langit yang masih cerah meski menjelang sore! Ah, indah sekali. Akhirnya kami tiba juga di basecamp Kasembon rafting. Menurut keterangan yang saya dapat, Kasembon rafting ini diresmikan oleh Bupati Malang, Sujudi, pada 9 Desember 2006. Nah, asal mula adanya wisata ini adalah inisiasi dari empat anggota Malapa Edelweij STIBA Malang. Menurut mereka, dengan adanya wisata ini, masyarakat Kasembon bisa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Usut punya usut (sudah mirip redaksional gosip? ;p) dulu sungai Sumberdandang yang dipakai sebagai jalur rafting ini banyak sampahnya. Tapi sejauh 7,5 km perjalanan rafting, alhamdulillah hampir tidak ada sampah yang ditemukan :) Masyarakat sudah mulai peduli!

Berpose sebelum briefing! :D (dari kiri: nita-mba ika-mas imam-mas gondrong yang lupa namanya-mas beni-mas vitor)

Nah, dari sini kita berjalan menuju tempat briefing. Subhanallah indah sekali pemandangan gunung yang kokoh dan hijau. Lagi-lagi saya tak sempat mendokumentasikannya. Handphone disimpan diloker penitipan dan saat itu hanya Mas Vitor yang membawa kamera. Itupun akhirnya dibawa oleh guide karena khawatir masuk ke air. :))
Saat briefing, kami dipandu bagaimana memegang tali kendali di perahu saat terjadi Boom (tanda akan melewati kanal dengan ketinggian 2-3 m), cara mendayung dan hal-hal yang terkait teknis rafting. Disini kami dibagi menjadi dua tim, masing-masing perahu terdiri dari satu tim yaitu tiga orang dan satu guide. Saya setim dengan mas beni dan mas gondrong. Serunya karena dibagi dua tim, kami saling bersaing untuk saling mendahului dan perang air :))
Nah, setelah melewati boom pertama dan kedua, kami berhenti di rest area. Disana sudah ada ibu-ibu yang menyiapkan teh hangat dan pisang goreng. Nikmat tiada tara, sambil menggigil kami naik ke tepi sungai dan menikmatinya sambil syahdu mendengar suara angin dan aliran sungai.
(Minum teh hangat dan makan pisang goreng, wohoo! Itu ibunya dibelakang, terhalang badan mas beni)


(Oh My God, Ekspresi Mbak Ika dan Mas Vitor! Bwahahaha :P )

(Dan yeah..Tim saya tentu saja sangat menikmati setiap boom! :p )
Rasanya terjun dari kanal-kanal yang tinggi itu nikmat sekali. Serasa melempar beban berat yang ada di tubuh. Saat kami berteriak boom dan sekejap itu juga perahu kami terjun, rasanya tak ada gunanya merasa takut, semua yang terlihat mengerikan justru sangat menyenangkan. Saya bahkan ingin terus ada boom lagi dan lagi :p

Oh ya, sepanjang perjalanan, saya berada di depan perahu. Tidak diperbolehkan mendayung karena katanya harus berpegangan ke tali yang ada di ujung perahu saat boom dan akan sangat merepotkan bila harus membawa dayung. Lagipula arusnya sudah cukup deras jadi tenaga mas beni, mas gondrong dan mas guide sudah cukup untuk membuat perahu tetap stabil. Hehe, curang ya? Padahal badan saya pasti yang paling berat :p

(Sesaat setelah terjun dari kanal)

(Lihat, Mbak Ika juga tak membawa dayung! What a happy captain, ehehe)

(Dan Nita hanya menghabiskan sepanjang sungai dengan memegangi tali sambil terus senyum-senyum seperti ini. Sungguh tidak keren!)
  Setelah kami melewati arus sungai yang cukup deras, kami tiba di bagian sungai yang arusnya tenang. Disini, kami turun dari perahu dan berenang-renang di sungai. Kami juga bergantian melompat dari tepi sungai. Ini pertamakalinya saya berani melompat ke dalam air. Bahkan di kolam renangpun saya tak pernah berani melompat! Rasanya menyenangkan, sekali lagi, apa yang selama ini terlihat menyeramkan ternyata sangat menyenangkan. :D 

Alam membuat saya belajar, bahwa ketakutan tak akan membuat saya menikmati apapun. Selama saya mengikuti aturan, saya akan baik-baik saja. :)

Berenang bersama

Mulai akrab dengan teman-teman Mbak Ika :D

Gaya melompat Mas Imam yang epic!

Gaya melompat Nita yang...umm..sudahlah tak perlu diperjelas.

Nita, gadis paling bahagia di sungai sore itu!

Kami main-main di air sungai yang tenang sekitar 15 menit, lalu beranjak menyusuri sungai kembali. Mendekati titik perhentian, semakin sering kami menemukan warga yang sedang mandi, mencuci baju atau sekedar anak-anak yang berenang di sungai. Terang saja, semakin dekat dengan pemukiman warga, air sungainya semakin tenang. Tak heran bila warga bisa menggunakannya untuk mandi dengan santai. Pertamakali saya melihat laki-laki telanjang juga, hahaha :P Tapi dari kejauhan kok, ketika perahu sudah semakin dekat laki-laki yang ternyata adalah bapak-bapak itu sudah mengenakan celana pendek dan kaos kutangnya. (Kalau tidak salah, sih haha)

Tak terasa, hari sudah hampir magrib setelah 2,5 jam kami mengarungi sungai Sumberdandang. Rasanya ingin lanjut terus, tapi kami harus bergegas sebelum hari semakin gelap. Kami menaiki mobil bak terbuka untuk kembali ke basecamp.
Mas Gondrong sampai duduk di atap mobil karena tak ada cukup ruang

Menuju basecamp

Sesampainya di basecamp, saya bertemu senja yang secantik ini:
Langit senja di basecamp Kasembon rafting
Tak lama kemudian, matahari oranye itu tenggelam di balik rerimbunan pohon. Hari mulai gelap, kami bergegas mandi lalu sholat magrib. Setelah itu kami menyantap hidangan yang sudah disediakan. Perjalanan hari itu ditutup dengan hidangan yang sangat mewah dan menggoda, bahkan sampai sekarang setiap kali mengingatnya saya selalu tiba-tiba lapar hehehe. Nasi jagung, sayur lodeh, ikan teri, sambel bajak dan kerupuk. Hari itu saya menikmati semuanya dengan gratis. Tapi saya mendadak tak enak ketika mengetahui tarif perorang saat weekend adalah 165ribu. Ehehe.. Terimakasih Mbak Ika and The Gengs! Semoga jasa-jasa kalian dibalas oleh Tuhan, terlebih posisi saya saat itu adalah mahasiswa tingkat akhir yang tengah dilanda stress karena revisi yang tak kunjung berakhir. Yihaa!

Comments

Popular posts from this blog

Prospek Sarjana Ilmu Politik: Ekspektasi Vs Realita

Donat Kentang dan Kesalahan-Kesalahan Kecil Bagi Pemula