Telepon dari Teman Lama dan Kenangan-Kenangan di Antara Waktu
Saya agak kaget ketika mendapati sebuah panggilan dari teman lama saya, Benny. Ia adalah mahasiswa ilmu politik yang pertama kali saya kenal, sesaat setelah kami berada dalam satu rombongan untuk melihat persyaratan kegiatan ospek lima tahun lalu, di gedung RKB. Kami berteman baik setelahnya. Satu kelompok, satu kelas, dan satu perjuangan.
Tak biasanya Benny menelepon. Saya pikir, ada persoalan atau sekedar berita yang agak serius untuk segera dikabarkan. Biasanya kami hanya mengobrol di BBM. Tapi beberapa hari ini ia jarang update dan kami sudah lama tak mengobrol lagi.
"Halo, Nit? Habis nangis, ya?", ia menyapa saya dari Yogya, mengoreksi suara saya yang serak dan hidung yang berusaha menghirup napas meski tersumbat. Dua hari ini saya flu berat cuma karena minum soda pakai es batu. Saya memang nggak kuat sama segala yang mengandung es batu dan air hujan. Pasti langsung drop. Sekalipun itu es batu dari air matang. Dan sekalipun itu cuma gerimis.
"Nggak, Ben. Lagi pilek. Kenapa tumben banget, Ben?"
"Yang bener, nggak nangis? Nggak tau, aku tiba-tiba mellow banget, Nit. Jadinya telpon anak-anak."
Sudah hampir tiga bulan ini Benny merantau ke Yogya. Ia bekerja sebagai asisten sales marketing produk Unilever. Gajinya yang paling tinggi di antara kami. Kadang itu jadi bahan gurauan saat saya dan teman-teman berkumpul. "Kerja apa aja deh, pokoknya aku maunya gajinya kayak Benny!" haha. Gaji Benny 3x UMR Surabaya di awal dia bekerja. Sementara beberapa di antara kami masih ada yang terpaksa menikmati gaji pas atau bahkan di bawah UMR. He he he.
Benny menelepon saya cukup lama. Ia bercerita banyak hal, mulai dari tiga bulan terberatnya sebagai job seeker, keinginannya untuk lanjut ke S2 tapi ia tak mau membebani orangtua dan adiknya yang juga akan kuliah tahun ini, dan berbagai hal yang mesti ia hadapi. Termasuk, bekerja pada bidang yang tak pernah ia sangka sebelumnya.
Tapi sepertinya Benny sangat menikmati petualangan barunya. Seperti lima tahun yang saya kenali, ia memang seorang kawan yang cerdas memanfaatkan peluang, berani, menyukai tantangan, dan selalu menyelesaikan dengan baik keterlibatannya pada setiap hal.
Sebelum menelepon saya, ia sudah menghubungi beberapa teman dekat kami lainnya. Dea yang sudah 2 tahun bekerja di posisi marketing sebuah bank BUMN. Rehza yang sekarang kerja di luar Jawa. Misel yang bercerita kebingungannya saat pertama kali ikut job fair minggu kemarin. Gilang yang masih tidur pada pukul sepuluh siang dan menjawab telepon dengan setengah melantur. Dan Ayu yang baru saja pulang dari Jakarta untuk mengurus visa kerja, ia akan berangkat ke Perancis tanggal 21 bulan ini (hari kamis besok saya mesti menginap ke rumahnya, mengajarinya berenang dan mengoperasikan smartphone, dan mengenang hari-hari terakhir sebelum dia merantau setahun di sana.)
Ah. Saya jadi ikutan mellow.
Ternyata, pertemanan selama itu masih diingat dengan baik.
Rasanya sangat menyenangkan ketika teman lama bertanya kabar karena ia merindukan, bukan sekadar ada satu dua kepentingan dan kebutuhan.
Selama lima tahun berteman, saya punya banyak kenangan dengan mereka. Terlebih Benny, teman paling bijak dan dewasa di antara kami. Pertemanan yang meskipun dibumbui beberapa perselisihan, adegan remove fb, tak saling sapa, kelompok-kelompok yang pecah, persaingan politik kampus, masalah pribadi, hingga kesalahpahaman, ia masih satu-satunya teman baik yang tiba-tiba ada di antara kerumunan banyak orang saat pemakaman ayah saya. Ia datang pagi-pagi sekali dengan Misel. Betapa melegakan ketika saya menemukan mereka berdua di sana.
Saya juga ingin memosting beberapa moment menyenangkan bersama mereka di sini, selagi ingat dan sempat. Selagi filenya masih belum ditelan waktu. Selagi rindu.
Hari ulang tahun Benny yang kami rayakan di Kedai Kopi Medan. Base Camp kami di semester 1. (Dari kiri: Aza-Edo-Dea-Gilang-Benny-Nita-Hosnan) |
Foto favorit saya. Saat makrab ilmu politik di mana kami adalah mabanya. Dea-Benny-Edo-Gilang-Nita |
Tengah malam di balai kota. Di saat taman balai kota belum hits, kami sudah foto-foto di sana. (Dari kiri: Aza-Gilang-Jarot-Nita-Anjar-Benny-Hanif-Edo) Misel yang motoin. |
1 Mei 2010 (Dari kiri: Nita-Gilang-Rehza-Febri) |
Foto sama ondel-ondel :D My very first time to see these icon directly..Kalau bukan karena main bareng mereka, saya juga nggak bakal se-excited itu untuk pergi ke sini. |
Foto sama Yanu di depan museum Fatahillah. |
Di plosoklaten. Jauh-jauh PP dari Malang cuma buat nganterin Bu Janty makan bekicot sebelum balik Jerman. Dari kiri atas: Ayu-Badris-Vrista-Yunas-Bu Janty-Saya-Gilang-Bayu |
Dies Natalis Himapolitik tahun 2014 di mana perayaannya mendadak begitu urban dan para dedek-dedek datang dengan gaun-gaun unyu yang tak akan pernah ditemukan pada zaman kami dulu. |
Edo-Nita-Bu Janty-Gilang. |
AAAAAAAAAAAAAAAAAH, KANGEN!
Saya tak ingin mengulang kembali ke masa itu. Saya cukup bersyukur saja karena telah mengalami banyak hal menyenangkan bersama mereka di masa lampau. Justru sekarang, saya ingin segera menemukan jalan saya sendiri supaya kami bisa sukses bareng-bareng.
Misalnya, sebelum Benny jadi manajer, saya sudah harus bisa jadi pilot project, sebelum yang lain menikah, saya harus bisa menlajutkan studi gimanapun caranya. Hahaha, berekspektasi lagi, Nit? Biarin aja, selagi bahagia karena mengenang masa muda. Btw. saya mengakhiri tulisan ini dengan sebuah do'a agar kami semua selalu diberkati Tuhan.
Kami semua anak baik, dan saya yakin, Tuhan tak akan membiarkan anak-anak yang baik kehilangan arah dalam perjalanannya yang panjang menujuNya.
Amiin.
Dan semoga Gilang sama Edo segera dapet hidayah supaya lekas ujian magang dan lulus kuliah!
jadi kangen temen temen lama deh
ReplyDeleteexcavator dozer