Ada banyak orang.

Ada banyak isi kepala asing yang dalam perjalanan hidup, semakin saya kenali satu demi satu.
Ada banyak rupa, nurani, dan sisi gelap terang manusia yang saya temui.
Ada banyak kepalsuan,
dan arogansi yang berkeliaran.
Ada banyak kepentingan dan ambisi pribadi yang menjejali ruang.
Ada banyak yang haus penghargaan dan hidup menyedihkan dengan terus menerus mengintimidasi siapapun yang sedang bertumbuh sebab krisis pengakuan.
Ada banyak orang berkepala seribu pengetahuan yang terus menerus mengibas kepala lain sebab tak ada yang boleh merasa pintar selain daripada lintingan membran otaknya sendiri.
Ada banyak orang yang terus menerus memaksa ide-ide dan kehidupan untuk terus seragam dengan apa yang ada dalam benaknya.
Ada banyak orang yang bicara seolah kehidupannya tulus untuk orang banyak, padahal jiwanya gelisah tentang mimpi-mimpi sendiri yang harus dibangun sedemikian sempurna.
Ada banyak orang naif.
Ada banyak manusia haus kesempurnaan.

Tapi bukankah, kesempurnaan adalah ketidaksempurnaan?
Tapi bukankah, penyeragaman dalam bentuk apapun selalu menimbulkan masalah?
Tapi bukankah, yang baik akan terus menerus menyelesaikan banyak hal dengan hati yang lapang dan kerendahan hati yang tak pernah hilang?
Tapi bukankah, yang kaya pengetahuan akan membantu yang kurang tanpa perlu sembah sujud dan pengakuan segala rupa.

Oh, ya.
Tapi bukankah, manusia biasa memang begitu?
Tapi bukankah, meminta manusia biasa jadi sebaik rasul adalah wacana sakit yang tak pernah punya penyembuh.

Tapi bukankah, sisi gelap dan terang adalah bukti bahwa manusia bukan Tuhan?
Tapi bukankah, sebaiknya kehidupan banyak orang yang saya temui disimpan dalam ingatan? Sebab pantulannya adalah pengingat, tak ada kebahagiaan yang bisa lahir dari membunuh kehidupan yang lain.

Tak ada kebahagiaan yang akan lahir dari kepala yang terus menerus memasak kepalsuan, membungkus ambisi pribadi dengan senyum manis yang dilapisi gagasan-gagasan sok idealis.
Tak ada kebahagiaan yang bisa tumbuh dari membicarakan keburukan orang lain, menjatuhkan orang-orang baik yang tak lagi berguna untuk ambisinya.

Bukan, ini bukan bicara tentang prinsip.
Ini bicara kotor.
Ini bicara apa saja yang tak pernah mau diakui siapapun.
Ini bicara tentang hal-hal yang selalu dilempar.
Ditutupi sedemikian rupa sebab yang busuk tak boleh tercium, yang hangus tak boleh terlihat.
Ini bicara tentang...pledoi manusia tentang kemanusiaan yang digembar-gemborkan.
Kemanusiaan yang barangkali juga semu dalam jiwanya sendiri.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prospek Sarjana Ilmu Politik: Ekspektasi Vs Realita

Donat Kentang dan Kesalahan-Kesalahan Kecil Bagi Pemula