Posts

Februari dan Hari Ulang Tahun Mereka

Image
Waktu saya mengetik postingan ini, saya cukup geli pada diri sini, mengingat janji-janji untuk rajin menulis blog setiap hari. Enggak pernah bisa ditepati dari jaman blog-blog sebelumnya pun. Tapi sebenarnya, setiap hari saya selalu menulis catatan harian, kok. Menulis apa saja, suka-suka. Nah, beberapa hari lalu, saya membaca blog seorang teman yang rajin sekali menceritakan kejadian sehari-hari yang ia alami dan kerjakan. Rasanya, kok, seru sekali kalau kita punya banyak kenangan di blog. Seperti; kita bisa pulang kapan saja ke blog kalau ingin mengingat-ingat sesuatu yang pernah kita kenang dalam tulisan. Sepertinya... (ah sudahlah, tidak perlu beranda-andai dalam janji lagi, Nita), tapi memang rasanya perlu sekali untuk lebih rajin posting. Apalagi, jika sewaktu-waktu catatan harian itu hilang, saya masih punya kenangan-kenangan di sini. Nah, kan. Oh, ya...Banyak hal yang terjadi di bulan Februari ini. Sekarang tanggal 14, dan tentu saja ingatan selama 14 ha...

Desember

Edo, seorang teman baik di Kota Malang, adalah laki-laki pertama yang menyicipi kue buatan saya. Sebenarnya, lebih tepat jika saya mengatakan kue, pie apel dan kue jahe itu, dibikin bersama tiga teman lain. Saya, pada kenyataannya, hanya bertugas memotong apel, menipiskan adonan, memasukkannya ke oven, dan mengeluarkannya dari oven. Hahaha. Tapi tentu saja saya juga ingin tampak keren di mata banyak orang. Saya ingin mencitrakan diri, bahwa kebisaan saya bukan hanya sebatas memasak indomie dengan penanak nasi elektrik saat akhir bulan tiba. Apel pie itu adalah hadiah natal untuk Edo sekaligus ulang tahun ke dua puluh empatnya yang tak pernah kami rayakan. Beberapa hari lalu ia bercerita kepada saya, ia rindu bapaknya. Sudah lima tahun ia tak pernah mengunjungi makam beliau, di Kupang. Dia bilang, dia benci Desember. Desember mengingatkan Edo pada sebuah kejadian yang melukai ingatannya. Bapaknya seorang anggota TNI yang bertugas di Kupang. Tentu saja Edo jarang bertemu d...

Sebab instagram hanya memberi lima belas detik.

Mom's day.. #flipagram ♫ Music: Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan - Payung Teduh made with @flipagram . http://flipagram.com/f/NhR01mtC2x  Selamat hari ibu! Siapa bilang kami cuma sayang sama ibu setiap hari ibu saja? Kami saling menelepon sekian kali sehari. Kami saling tanya kabar. Kami saling mencemaskan satu sama lain. Kami saling rindu dan ingin berbagi apapun. Kami sama-sama takut akan sebuah peristiwa kepergian. Ya, kami sayang ibu. Sekalipun kerapkali berseteru atas hal-hal sepele. Sebab kami lahir dari rahim perempuan kuat, tegar, mandiri, sekaligus keras kepala. Maka kami juga besar sebagai anak-anak yang keras kepala. Seisi rumah seperti batu. Jika saling lempar, akan lekas berbenturan. Tapi sebagaimana belahan jiwa, seramai apapun kami mencoba memenangi permasalahan, kami akan kembali pada suatu pagi di mana kami berbagi sarapan, berbagi susu, dan mencium tangan saat hendak pergi. Kembali pada suatu siang di mana kami saling menelepon di teng...

Berburu Gipil, Menyuling Daun Cengkeh

Image
Sumber Foto: Dokumen Swaratani.com-Didit Di bawah pepohonan cengkeh, Wahyuti (54) tengah sibuk dengan ayakannya. Butir-butir rontokan cengkeh kering ia pisahkan dengan remah-remah tanah. Gipil , sebutan untuk cengkeh-cengkeh yang luput dipungut para buruh panen, dikumpulkannya kemudian disetor ke pabrik milik perkebunan cengkeh Branggah. Sekilo gipil biasanya dihargai pabrik Rp 7.000. “ Kalau segini ya, dapatnya 800 ribu per bulan,” ujarnya. Jika panen raya belum lama usai , Wahyuti bisa mengumpulkan 10 kg gipil dalam se hari. Tapi jika sudah lewat tiga bulan sejak masa panen, memperoleh 3 sampai 4 kg gipil sudah untung . Wahyuti tidak sendiri. Ada puluhan perempuan yang tinggal di sekitar perkebunan cengkeh Branggah, Desa Sidorejo, Kecamatan Doko, Blitar , bekerja seperti dirinya . Setiap jam 05.00 pagi mereka dijemput mobil bak terbuka milik pabrik dan sesampainya di perkebunan harus men yusuri lahan s ambil menggendong bakul-bakul wadah gipil . Jam...

Bahagia itu tidak semu. Ketidakbahagiaan itu yang semu.

Image
Karena belum sempat membaca buku hingga tuntas, saya akan mengisi blog ini dengan beberapa moment yang sempat terlewatkan untuk diposting. Memang tidak penting, tapi sepertinya saya juga perlu membantu meringankan kerja ingatan. Tidak terasa, sudah  hampir dua bulan saya kembali menetap di Malang. Sungguh, rasanya seperti mimpi berada di kota ini lagi. Entah perasaan saya bagaimana, sulit mendefinisikannya. Saat ini, saya menempati sebuah rumah kos di daerah yang belum pernah saya tinggali. Jalan Bunga Andong, daerah belakang apartemen Soekarno Hatta yang dulu sekali saya selalu tak suka pergi ke sini. Ibu Janty, mantan dosen kesayangan saya pernah kos tepat di samping kos baru saya. Dulu, saya selalu cemas saat mengantarnya malam-malam sepulang minum kopi. Jalan menuju ke sana, melewati beberapa lahan kosong yang agak ngeri di malam hari. Tapi itu tahun lalu. Sekarang, hanya ada 1 lahan kosong. Sisanya, sudah mulai ditumbuhi bangunan. Malam-malam tidak lagi ngeri sebab se...